Patung Jonggrang di candi Prambanan
Bandung Bandawasa hendak menuntut balas ketika
mengetahui
bahwa ayahnya sebagai Raja Pengging ditaklukkan oleh
Prabu
Baka. Maka, berangkatlah pemuda sakti ini menuju
kerajaan Baka
di daerah Prambanan dekat Kalasan.
Dengan kesaktiannya ia mengacaukan pasukan Prabu
Baka
dan menguasai kerajaan itu. Bahkan, ia berhasil
membunuh Prabu
Baka dengan tangannya sendiri. Hal ini membuat sedih
hati Roro
Jonggrang, putri Prabu Baka. Dalam hati ia bertekad
untuk membalaskan
kematian ayahnya.
Saat melihat kecantikan Roro Jonggrang, tertariklah
hati
Bandung Bandawasa. “Jonggrang, kau gadis cantik, aku
takut
senjata akan melukai kulit dan wajahmu yang halus,”
kata Bandung
Bandawasa. “Maka, janganlah kita berperang karena
kau tak
mungkin bisa mengalahkanku.”
Dalam hati Roro Jonggrang mengakui bahwa ia tak
mungkin
bisa mengalahkan pemuda sakti ini. “Lalu apa
keinginanmu?”
“Saat
melihatmu aku sangat tertarik oleh kecantikanmu. Maka
aku ingin membawamu ke Pengging untuk menjadi
istriku,” jawab
Bandung. “Tidak. Tidak bisa!” jawab Roro Jonggrang
tegas.
“Sebagai pihak yang kalah dalam peperangan, tidak
ada pilihan
lain kecuali menuruti semua kehendak pihak yang
memenangkan
pertempuran, yaitu aku.”
Roro Jonggrang bukannya tidak mengerti tentang hal
itu.
Tetapi, bagaimanapun ia tidak mencintai pemuda ini
karena
dendam yang ada dalam hatinya. Maka, ia berpikir
sejenak sebab
tidak akan mungkin dirinya menghadapi Bandung
Bandawasa
dengan kekuatan otot dan kesaktian.
“Baiklah Bandung, aku tidak ada pilihan lain.
Namun...”
“Namun..., namun apa Jonggrang?”
“Sebagaimana seorang putri yang akan dijadikan
istri, aku
akan meminta tanda pinangan,” jawab Roro Jonggrang.
“Oh Jonggrang, demi wanita secantik dirimu aku akan
memberikan apa saja yang kau minta. Ayo Jonggrang
apa yang
kau minta?”
“Aku minta dibuatkan patung.”
“Ha... patung? Bukankah itu terlalu mudah untukku?”
“Jumlahnya seribu dan harus selesai dalam satu
malam!” kata
Jonggrang menuntut.
Sebagai laki-laki yang sedang jatuh cinta Bandung
merasa
tertantang sehingga ia pun menyanggupi. Senyum
Jonggrang sang
pujaan semakin membakar api asmara dalam dirinya.
Terdorong
oleh hal tersebut maka Bandung bersiap untuk
mengerjakannya.
Sementara itu, Roro Jonggrang yakin bahwa mustahil
seorang
mampu membuat seribu patung hanya dalam waktu
semalam.
Dengan ini niat Bandung meminang dirinya pun pasti
gagal. Ia
punya alasan untuk membuat Bandung pulang ke
kerajaannya
tanpa membawa dirinya sebagai istri. Ia juga yakin
bahwa seorang
satria apalagi anak seorang Raja tidak akan
berbohong apalagi
ingkar janji.
Ketika itu Bandung Bandawasa sedang bersemedi.
Dengan
kesaktiannya ia mampu menciptakan patung-patung yang
diminta
oleh Roro Jonggrang. Begitu cepat proses itu membuat
Roro
Jonggrang khawatir Bandung mampu membuat seribu
patung
seperti yang ia minta. Lalu ia mencari akal untuk
menggagalkannya.
Kemudian ia mengumpulkan abdi lelaki dan perempuan.
Yang
perempuan disuruh menumbuk padi dengan lesung,
sedangkan
yang laki-laki diminta pergi ke timur dan membakar
jerami agar
muncul warna merah seperti warna fajar yang datang.
Mendengar suara orang menumbuk padi dengan lesung
dan
warna semburat merah di timur, ayam-ayam jantan pun
berkokok.
Mengetahui hal ini Bandung kaget karena menurut
perhitungannya
malam belum usai. Ia mempercepat pengerjaan
patung-patung
itu.
Kemudian Roro Jonggrang mendatangi Bandung Bandawasa
dan mengatakan bahwa hari telah pagi dengan demikian
bataswaktu telah selesai.
“Jonggrang, lihat patung-patung indah ini sebagai
tanda cinta
dan kasihku padamu,” kata Bandung dengan bangga dan
yakin.
Jonggrang mengakui memang patung-patung itu begitu
indah,
namun ia yakin akalnya berhasil mengelabui Bandung.
“Kalau begitu
mari kita hitung apakah sudah berjumlah seribu atau
belum.”
Maka, mereka mulai menghitung jumlah patung-patung
tersebut. Bandung yakin bahwa ia telah mampu
menyelesaikan
pengerjaan seribu patung tersebut. Ternyata setelah
dihitung
patung tersebut hanya berjumlah sembilan ratus
sembilan puluh
sembilan atau berjumlah kurang satu dari seribu.
“Jangankan hanya kurang satu, hampir seribu patung
mampu
aku buat, mengapa kau mempersoalkan itu Jonggrang?
Setelah
ini aku akan melengkapi kekurangan itu.”
“Saya tahu Bandung, tetapi bagaimanapun syarat itu
tidak
dapat kau penuhi.”
“Dari seribu hanya kurang satu Jonggrang.”
“Seribu kurang satu berarti tidak seribu.”
“Jadi kau tetap menolakku, Jonggrang? Sejak awal aku
sudah
curiga bahwa kau tentu akan berlaku tidak jujur.
Mengapa malam
demikian pendek? Jawablah Jonggrang, ayo jawab!
Mengapa
engkau diam? Kau cantik tapi hatimu keras dan kaku
seperti batu.
Dan sekarang pun kau terdiam seperti patung-patung
itu. Jika
demikian biarlah engkau menggenapi kekurangan itu.”
Dalam sekejap berubahlah Roro Jonggrang yang cantik
menjadi patung batu. Sebagian masyarakat setempat
percaya
bahwa patung putri cantik yang berada di salah satu
bagian Candi
Prambanan adalah penjelmaan dari gadis cantik, yaitu
Roro Jonggrang.
SOAL
1. “Ha... patung? Bukankah itu terlalu mudah
untukku?”
“Jumlahnya seribu dan harus selesai dalam satu
malam!” kata Jonggrang menuntut.
Sebagai laki-laki yang sedang jatuh cinta Bandung
merasa tertantang sehingga ia pun
menyanggupi. ...
Berdasarkan kutipan di atas, perwatakan
Bandung adalah ... .
a. sakti
b. sabar
c. licik
d. penurut
e. mudah putus asa
2. Roro Jonggrang bukannya tidak mengetahui hal
itu. Tetapi bagaimanapun ia tidak mencintai
pemuda ini karena didorong oleh dendam yang
ada dalam hatinya. Maka, ia berpikir sejenak.
Dihadapi dengan kekuatan otot dan kesaktian
jelas tidak mungkin.
Karakter Jonggrang dari kutipan di atas adalah
... .
a. cerdik
b. penakut
c. pemberani
d. culas
e. lamban berpikir
3. Yang menunjukkan bahwa cerita Roro Jonggrang
hanyalah dongeng dan mitos adalah ... .
a. Bandung seorang pemuda sakti
b. dendam mendorong orang berlaku licik
c. jonggrang berubah menjadi batu
d. ayam jantan berkokok
e. perempuan menumbuk padi dengan alu
4. kerajaan Baka terletak di ...
a. dekat prambanan
b. dekat yogyakarta
c. dekat borobudur
d. dekat dieng
e. dekat cangkuang
5. raja pengging adalah ayah dari ...
a. roro jonggrsng
b. bandung bandawasa
c. nakula sadewa
d. arjuna
e. krisna
|
huruf berjalan
BAB 7
Langganan:
Postingan (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar