huruf berjalan

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

BAB 2

Memperkenalkan Diri Sendiri dan Orang Lain dalam Forum Resmi
Ketika berbicara dalam forum resmi, seyogianya kita menggunakan bahasa yang komunikatif dengan memerhatikan intonasi sehingga tidak monoton. Pembicara yang monoton atau kurang variatif akan membuat pendengar cepat bosan. Reaksi pendengar terhadap pembicara yang membosankan biasanya
mengantuk, bergerak atau melihat ke sana kemari, bahkan ngobrol bisik-bisik, sementara si pembicara terus berbicara.
Dalam forum resmi seseorang akan memperkenalkan diri kepada banyak orang yang turut berpartisipasi dalam forum tersebut. Pada kesempatan seperti ini setiap orang perlu memerhatikan tata cara memperkenalkan diri kepada orang lain atau memperkenalkan orang lain kepada pihak tertentu.
Hal-hal yang perlu dicermati pada saat memperkenalkan diri antara lain
adalah:
1. tidak merendahkan diri secara berlebihan,
2. menggunakan bahasa yang sopan dan resmi,
3. nada bicara atau suara tidak tinggi/keras, dan
4. memperkenalkan diri sendiri atau orang lain dengan menjelaskan identitas seperti nama lengkap, pekerjaan, pengalaman organisasi, dan lain sebagainya. Menyebut gelar akademik atau jabatan adakalanya tidak perlu karena mungkin ada kesan sombong/angkuh. Dengan sikap seperti itu,
orang lain malah penasaran ingin tahu.
Contoh memperkenalkan diri sendiri dan orang lain.
Selamat siang. Dalam diskusi siang ini, kelompok kami akan mengetengahkan topik kiat-kiat menjaga lingkungan tetap sehat. Saya, Aya, bertindak sebagai moderator. Di sebelah saya, Diki, Rendra, dan Siska akan menjadi narasumber dalam diskusi ini. Kepada Diki, Rendra, dan Siska, saya persilakan untuk menjabarkan topik diskusi kita kali ini.

Mendiskusikan Masalah yang Ditemukan dari Artikel
Anda bisa memperoleh beragam informasi dari bermacam-macam media, baik elektronik maupun cetak. Apabila Anda mendengar informasi atau berita melalui siaran televisi atau radio, ataupun membaca artikel buku cobalah cermati isi pengetahuan, informasi, atau berita itu. Anda mungkin saja ingin mengomentari atau menanggapi pengetahuan, informasi, atau berita itu dalam hal-hal tertentu.
Diskusikan masalah yang ada pada artikel dibawah ini dengan kelompok yang telah dibuat.

Kehancuran Hutan Gorat Kekalahan Masyarakat Danau Toba
Dari atas bukit Gorat Ni Padang, biru air Danau Toba terlihat sangat menawan. Jajaran perbukitan di seberang danau yang diselimuti kabut tipis menjadi pemandangan menakjubkan. Namun, pesona itu pula yang menghancurkan Gorat Ni Padang dan masyarakat yang hidup di sekitarnya.
Kehancuran itu bermula ketika kalangan pengusaha yang melihat strategisnya lokasi bukit seluas sekitar 80 hektar tersebut berebut menguasai kawasan itu. Pada bulan Mei 2000, kawasan Gorat Ni Padang yang merupakan tanah ulayat masyarakat Kodonkodon, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo telah diambil alih PT Merek Indah Lestari (PT MIL), pengembang swasta yang bermimpi untuk membangun lapangan golf, hotel, dan berbagai sarana wisata lainnya di sana. Sejak itu, kawasan hutan Gorat Ni Padang yang semula ditumbuhi hutan pinus hasil reboisasi masyarakat mulai diratakan. Alat-alat berat terus menggerus daerah tangkapan air Danau Toba tersebut. Namun, perataan hutan di Gorat Ni Padang tersebut telah memicu berbagai masalah lingkungan dan sosial. Bukan halnya status tanah yang masih menjadi sengketa, pekerjaan proyek di perbukitan Gorat Ni Padang oleh PT MIL telah mengakibatkan longsor dan menimbun lahan pertanian penduduk. Mata air yang menjadi sumber air bersih dan irigasi Desa Kodon-kodon kian mengecil dan keruh.
Puncaknya, pada bulan November 2004, sekitar 20 hektar sawah di Desa Kodon-kodon tertimbun longsor. Longsoran juga terlihat menutup sebagian ruas jalan menuju Kodon-kodon yang
berada persis di tepi Danau Toba. Saat hujan turun, tanah longsoran hanyut ke Danau Toba menyebabkan air di sekitar danau berwarna kecoklatan.
“Kami ini ibaratnya sudah jatuh dilindas pula. Bukit Gorat Ni Padang milik kami telah direbut dan diratakan karena akan dibangun lapangan golf. Kini, bukit yang telah digunduli itu telah menyebabkan longsor dan menimbun lahan pertanian kami,” kata Lusius Monte, warga Kodon-kodon yang sawahnya tertimbun longsor.
Menurut Lusius, longsoran itu telah menyebabkan tanaman padi, bawang, cokelat, advokad, vanili, dan mangga di lahan milik warga terkubur tanah. “Kini, sumber penghidupan kami telah
hancur akibat ulah mereka,” katanya. Bencana jelas menghancurkan sumber hidup Lusius dan
belasan warga desa yang lain. Namun, Lusius mengaku tidak mendapat ganti rugi sedikit pun, “Kami sudah mengajukan ganti rugi yang ditandatangani Kepala Desa Kodon-kodon kepada PT MIL,
tetapi sampai sekarang belum mendapat sedikit pun. Padahal, kerugian yang kami alami sangat besar karena sampai sekarang lahan pertanian kami tidak bisa ditanami lagi,” urai Lusius.
Perwakilan PT MIL, Singhoat Maras Silalahi, mengatakan, pihaknya sebenarnya telah memberikan ganti rugi kepada sebagian petani yang lahannya tertimbun longsor mulai dari Rp 600.000
hingga Rp 30 juta. Namun, ia mengakui sebagian warga yang lain belum mendapat ganti rugi. “Keputusan pemberian ganti rugi itu ada di tangan pimpinan,” katanya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo sendiri terkesan tutup mata terhadap status tanah Gorat Ni Padang. Bencana yang dihadapi warga akibat dampak pembangunan di Gorat Ni Padang juga tak dipedulikan. “Setahu kami, tanah tersebut memang sudah dimiliki PT MIL. Di kawasan tersebut rencananya akan dibangun lapangan golf, perkebunan, penginapan, dan berbagai fasilitas wisata yang lain,” kata Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kabupaten Karo, Sadarta Bukit.
Saat ditanya soal perizinan, Sadarta mengatakan sampai saat ini Pemkab Karo belum mengeluarkan izin mendirikan bangunan (IMB) kepada PT MIL di kawasan hutan Gorat Ni Padang tersebut. “Kami
masih memproses izin yang diajukan PT MIL. Mereka baru mengajukan izin sekitar satu bulan lalu,” katanya. Berarti, selama ini proyek yang telah berlangsung sejak tahun 2000 tersebut masih liar.
Sadarta juga mengatakan, pihak developer belum membuat analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) untuk mengantisipasi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh pembangunan di kawasan resapan air Danau Toba tersebut. “Memang dokumendokumen amdalnya belum ada. Jadi, kami juga tak tahu dengan proses ganti rugi terhadap warga yang tanahnya telah kena longsor,” ujarnya.
Sumber: Kompas, Minggu, 27 Februari 2005.
Menceritakan Pengalaman yang Lucu dan mengharukan
Pilihlah seorang teman Anda untuk membacakan teks berjudul “Gara-gara Papan Nama”!
Gara-gara Papan Nama !
Papan nama sering kurang diperhatikan. Meski di depan rumah terpampang papan nama dokter
hewan, ada saja “pasien manusia” yang “nyasar” minta diobati ibu saya, yang buka praktik di rumah.
Suatu malam, kira-kira pukul 22.00 datang seorang  pria bermobil. Ia terlihat panik, dan mengaku sedang membawa pasien dalam keadaan gawat dan perlu pertolongan segera. Saat itu, kakak perempuan saya yang menerimanya. Kepada pria itu, kakak saya bilang, “Dokter sedang keluar kota, baru besok sore pulang. Sebaiknya, pasien dibawa ke klinik terdekat.” Tanpa berpikir panjang, pria itu menuruti saran kakak saya. Selang beberapa hari, terdorong rasa ingin tahu, saat bertemu si empunya klinik hewan yang berpraktik di kompleks sebelah, ibu saya bertanya, “Apa sih yang diderita pasien gawat malam itu?” Jawabnya, “Kumaha (bagaimana) ibu teh. Saya mah Cuma mengobati hewan, kok disuruh mengobati orang mencret-mencret! Yang tempo hari itu orang sakit diare, Bu!”
Sampai sekarang ibu masih praktik, tapi papan nama dokter hewan sudah dicopot. Anehnya, justru
setelah itu tak pernah ada lagi “pasien manusia” yang nyasar.
Menceritakan Pengalaman yang Mengharukan
Pilihlah seorang teman Anda untuk membacakan teks berjudul “Rasanya Amang
Masih Dinas, Belum Meninggal”!
Rasanya Amang Masih Dinas, Belum Meninggal
Tiba-tiba rakyat Indonesia tersentak, ketika H. Sory Ersa Siregar, wartawan RCTI, meninggal tertembak oleh GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Begitu banyak karya dan kenangan yang dia tinggalkan. “Amang jangan pergi dong!”
“Emang kenapa?”
“ Amang kan baru aja pergi sebulan ke Aceh, masa baru dua minggu di rumah, udah mau pergi lagi ke
sana,” ajuk Sarah dengan wajah memelas setengah marah.
“Nggak apa-apalah, Cuma dua minggu kok di sananya. Nanti habis itu, kita liburan ke Solo,
nengokin Bang Iwan,” ujar Sory Ersa Siregar. Tapi takdir Ilahi berkehendak lain, Sarah tak pernah
menyangka kalau itu adalah pertemuan terakhirnya dengan sang ayah. Sarah tidak ingat kapan hari di
bulan Juli itu pihak RCTI menghubungi rumahnya mengatakan bahwa Amang tercintanya hilang di
Aceh Timur bersama kameramen dan sopir RCTI, juga dua orang perempuan yang menumpang di
mobil RCTI. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tak terasa sudah enam bulan. Rindu Sarah pada Amang terobati ketika menerima kabar dari telepon bahwa Amang baik-baik saja, cukup makan dan tidur. Sarah ingat betul di penghujung 2003, Senin, 29 Desember, waktu beduk magrib baru berlalu, ibunya menerima telepon ucapan belasungkawa. Sejak itu, telepon rumah tidak pernah berhenti berdering dari sahabat dan kerabat yang mengucapkan dukacita atas meninggalnya Ersa. Tanpa Sarah sadari, rumahnya sudah dikerumuni banyak orang. Sarah termangu, kebingungan, antara percaya dan tidak dengan kabar tentang Amangnya yang gugur dalam tugas, tertembak tentara ketika terjadi baku tembak antara TNI dan GAM. Namun, itulah kenyataannya, amangnya telah meninggal dan pulang hanya tinggal jasad dalam peti mati. Air mata Sarah membanjir ketika melihat peti mati yang membawa jenazah Amangnya diturunkan dari bandara. Kenapa Amang harus pulang seperti ini?

SOAL
1. Ceritakan kembali cerita lucu di atas dengan kalimat Anda sendiri!
2. Tulislah sebuah pengalaman pribadi yang lucu dan menyenangkan!
3. Ceritakan pengalaman lucu Anda itu dengan pilihan kata dan ekspresi yang sesuai di depan kelas!
4. Kalimat-kalimat manakah yang menunjukkan rasa haru?
5. Tulislah satu cerita pengalaman mengharukan yang pernah Anda alami!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar