huruf berjalan

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

BAB 4

1)     Menulis Paragraf Naratif
narasi merupakan suatu bentuk teks yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat sendiri atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh karenanya unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan.

Tetapi kalau narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau peristiwa, masih sulit dibedakan dari deskripsi, karena suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi.Oleh karena itu, harus ada unsur lain yang perlu diperhitungkan dalam teks narasi, yaitu waktu. Dengan demikian, pengertian narasi mencakup dua unsur dasar, yaitu perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa yang terjadi dalam teks narasi tidak lain merupakan tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkaian waktu.

Berdasarkan uraian di atas Gorys Keraf (2007: 136) membatasi narasi sebagai suatu bentuk teks yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan lain, narasi adalah suatu bentuk teks yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.

Bentuk-bentuk narasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu narasi fiktif dan narasi nonfiktif. Narasi fiktif kita kenal dalam bentuk kesusastraan seperti, novel, roman, cerpen, dan dongeng. Narasi nonfiktif kita jumpai dalam bentuk sejarah, biografi, dan autobiografi. yang sering kita temui.

Berikut ini adalah contoh narasi fiktif dalam kutipan roman.

Kira-kira pukul satu siang, kelihatan dua orang anak muda, bernaung di bawah pohon ketapang yang rindang, di muka sekolah Belanda Pasar Ambacang di Padang, seolah-olah mereka hendak memperlindungkan dirinya dari panas yang memancar dari atas dan timbul dari tanah, bagaikan
uap air yang mendidih. Seorang dari anak muda ini, ialah laki-laki, yang umurnya kira-kira 18 tahun.
Pakaiannya baju jas tutup putih dan celananya pendek hitam, yang berkancing di ujungnya. Sepatunya
sepatu hitam tinggi, yang disambung ke atas dengan kaus sutera hitam pula dan diikatkan dengan ikatan kaus getah pada betisnya. Topinya topi rumput putih, yang biasa dipakai bangsa Belanda. Di tangan kirinya ada beberapa kitab dengan sebuah peta bumi dan dengan tangan kanannya dipegangnya sebuah belebas yang dipukul-pukulkannya ke betisnya. Jika dipandang dari jauh, tentulah akan disangka anak muda ini seorang anak Belanda, yang hendak pulang sekolah. Tetapi jika dilihat dari dekat nyatalah ia bukan bangsa Eropah; karena kulitnya kuning sebagai kulit langsat, rambut dan matanya hitam sebagai dawat. Di bawah dahinya yang lebar dan tinggi, nyata kelihatan alis matanya yang tebal dan hitam pula. Hidungnya mancung dan mulutnya halus. Badannya sedang, tak gemuk dan tak kurus, tetapi tegap. Pada wajah mukanya yang jernih dan tenang, terbayang bahwa ia seorang yang lurus, tetapi keras hati, tak mudah dibantah, barang sesuatu maksudnya. Menilik pakaian dan rumah sekolahnya, nyata ia anak seorang yang mampu dan tertib sopannya menyatukan ia anak seorang yang berbangsa tinggi. Teman anak muda ini, ialah seorang anak perempuan yang umurnya kira-kira 15 tahun. Pakaian gadis ini pun sebagai pakaian anak Belanda juga. Rambutnya
yang hitam dan tebal itu, dijalinnya dan diikatnya dengan benang sutera, dan diberinya pula berpita
hitam di ujungnya. Gaunnya (baju nona-nona) terbuat dari kain batis, yang berkembang merah
jambu. Sepatu dan kausnya, cokelat warnanya. Dengan tangan kirinya dipegangnya sebuah batu
tulis dan sebuah kotak yang berisi anak batu, pensil, pena, dan lain-lain sebagainya; dan di tangan
kanannya adalah sebuah payung sutera kuning muda, yang berbunga dan berpinggir hijau.
Dikutip dari roman Siti Nurbaya, karya Marah Rusli, hal 9-10.

Berikut ini adalah contoh narasi fiktif dalam kutipan cerpen.
Melayat bapak
Sebenarnya, keberangkatanku ke Jogja hari ini tak begitu berguna. Pemakaman bapak (angkatku)
dilakukan pukul 13.00 siang ini. Tapi, aku tak cukup punya waktu untuk segera pulang. Naik kereta api butuh 6-8 jam, sedang bis atau travel butuh waktu 10-12 jam. Pilihan terakhir tentu saja pesawat terbang. Tapi, jarak tempuh Bekasi - Cengkareng minimal 2 jam, belum macet. Sementara sekarang sudah pukul 10.00. Perjalanan ke Jogja dengan pesawat memang hanya 1 jam. Paling dari bandara Adi Sucipto ke Kalasan, tinggal 25 menit lagi. Sayangnya, aku tak punya cukup uang untuk bayar tiket pesawat. Dengan terbata, aku katakan pada saudara angkatku, Ehal, supaya merelakan ketidakhadiranku di pemakaman bapak. “Bapak pasti ngerti, aku tak bisa datang buru-buru,” kataku pada Ehal. Tentu saja, aku minta maaf pada bapak, sebab rasanya pahit getir menahan rindu ingin bertemu bapak untuk yang terakhir kali, benar-benar membuatku sesak. Mau menangis, nanti malah
merepotkan teman-teman kantor. Laki-laki kok menangis. Maka, aku putuskan untuk pulang malam
ini, dengan kereta ekonomi. “Ya, sudah kalau tidak bisa pulang sore ini, gak pa pa. Kami di sini tetap
menunggu kedatanganmu esok,” jawab Ehal dengan ketegaran luar biasa.
Sumber: Cerpen karya Ioannes B. Dieuta, Surabaya Post, Minggu, 14 September 2008

2)     Menulis Paragraf Deskriptif
Paragraf 1
Liburan panjang kemarin kamu pergi ke Tanjung Lesung Resort. Air laut yang tenang memberi keindahan tersendiri saat memandangnya dari beranda Krakatau Bar, Tanjung Lesung Resort. Sebuah pemandangan yang menakjubkan, serasa berada persis di bibir pantai karena pantulan warna air dari kolam renang di depan bar seakan menyatu dengan air laut. Tak berlebihan jika banyak yang melukiskan keindahan pantai ini laksana surga.
Paragraf  2
Gadis yang berambut ikal dan berkulit sawo matang itu bernama Santi. Ia dilahirkan di Kota Medan, 7 Juli 1996. Umurnya 10 tahun. Kedua orang tuanya menjulukinya si kancil yang pintar, karena selain pintar ia pun sangat lincah dan periang. Hobinya membaca, menulis surat, dan bermain sepatu
roda. Ia juga suka bermain lompat tali dan congklak dengan teman-temannya. Kemudian, hal yang paling berkesan dalam hidupnya adalah ketika ia menjadi juara menyanyi. Adapun pandangan hidupnya, kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana-mana.

Dari kedua contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu berdasarkan pengindraan dengan jelas dan terperinci. Deskripsi bertujuan melukiskan, membeberkan, atau menggambarkan sesuatu yang menjadi objek. Dengan kata lain, deskripsi adalah suatu tulisan atau karangan yang bertujuan menggambarkan atau melukiskan pengalaman, pendengaran, perabaan, penciuman, perasaan, dan situasi atau masalah. Pengindraan terhadap suatu situasi, keadaan, atau masalah akan melahirkan gambaran atau lukisan yang bertumpu pada penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan.

3)     Menulis Paragraf Ekspositif
Paragraf ekspositoris adalah paragraf yang memaparkan atau menerangkan suatu hal atau objek. Dari paragraf jenis ini, diharapkan para pembaca dapat memahami hal atau suatu objek dengan sejelas-jelasnya. Untuk memaparkan masalah yang akan dikemukakan, paragraf eksposisi menggunakan contoh, grafik, serta berbagai bentuk fakta dan data lainnya. Sedikitnya terdapat tiga pola pengembangan paragraf ekspositoris, yakni dengan cara proses, sebab dan akibat, serta pola ilustrasi.
1. Pola Sebab Akibat
Pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dengan menggunakan sebabakibat. Dalam hal ini,sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun, dapat juga terbalik: akibat dijadikan gagasan utama, sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya. Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan proses. Bila disusun untuk mencari hubungan antarbagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.
Contoh : Kegiatan apa yang dapat dilakukan bersama adik dan kakaknya? Banyak pilihan.Tapi, mengingat Indonesia sedang berkabung karena 40.000 orang Aceh dan Sumatera Utara meninggal akibat guncangan gempa tektonik dan gelombang banjir tsunami serta disesuaikan dengan budget, akhirnya Arni memilih berkebun dengan menanam bunga pada pot-pot yang ada di halaman sekitar rumahnya.
2. Pola Ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi-ilustrasi konkret. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrasi tersebut dipakai sekadar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini, pengalaman pribadi merupakan bahan ilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan umum tersebut.
Contoh : Arni bahagia sehingga terbetik dalam hatinya, “Gimana rasanya kalau sebuah rumah dipenuhi tanaman bunga? Di sebuah pojok rumah, setiap mata memandang yang terlihat hanya bunga-bunga dan bunga, rasanya seru banget. Kayaknya pas banget untuk mengungkapkan isi hatiku yang lagi gembira. Kata pepatah, say it with flowers buat mamiku, karena aku ranking satu ... hu ... huy ....” Arni melonjak kegirangan dan bersiap-siap menata pot bunga sambil bersenandung lagu-lagu kesukaannya, “Hmmm...hmmm...hmmm....”

SOAL
1. Paragraf yang pikiran utamanya tersirat dalam seluruh isi paragraf disebut paragraf ... .
a. deduksi
b. induksi
c. deskripsi
d. eksposisi
e. argumentasi
2. Berikut ini yang bukan termasuk teks narasi fiktif adalah ... .
a. sejarah
b. novel
c. roman
d. cerpen
e. dongeng
3. Orang tuaku juga tidak bekerja lagi. Dulu ayahku punya sepetak sawah kecil yang ditanami padi. Cuma sepetak kecil, tetapi cukup untuk mengisi perut dan menyekolahkanku serta kedua kakakku. Kalau menjelang musim panen, sawah ayah kelihatan cantik sekali dengan bulir-bulir padi yang sarat menunduk berwarna
keemasan. Padahal, daun padi cuma seperti ilalang. Ayah menyebut padi adalah buah ilalang. Ayah bilang, jangan meremehkan ilalang. Kelihatannya cuma seperti belukar, tetapi ada buah yang menjadi hidup manusia di sana. Di bagian depan pematang sawah, sejak dahulu ada pipa-pipa raksasa tertanam membujur dari ujung ke ujung desa satu ke desa lain. Aku tidak pernah tahu pipa apa itu. Kata ayah, itu milik Tuan Bakir. Tetapi, aku tidak pernah melihat Tuan Bakir. Ayah bilang, Tuan Bakir tinggal di nirwana. Kalau ayah menanam padi, Tuan Bakir menanam pipa. Ketika aku bertanya kenapa Tuan Bakir menanam pipa? Bukankah lebih baik seperti ayah, menanam padi saja? Aku tidak mengerti apa gunanya menanam pipa.
Kutipan teks di atas merupakan teks narasi yang berbentuk ... .
a. biografi
b. autobiografi
c. sejarah
d. roman
e. cerpen
4. Harapan Rendra “hadir” di koran dalam rubrik budaya bagi pembaca muda itu seperti membuktikan dua hal besar. Yang pertama, kerinduan akan karya-karya terbaru Rendra. Yang kedua, ampuhnya ruang budaya di sejumlah media massa. Sejumlah media umum seperti harian umum Kompas, Media Indonesia, Sinar Harapan, Republika, dan Koran Tempo, maupun media dengan pembaca khusus seperti majalah sastra Horison, majalah Islami Anida, sampai majalah gaya hidup remaja Spice! Menyediakan ruang bagi puisi atau sajak. (sumber: Matabaca, Januari 2006)
Kutipan paragraf di atas termasuk jenis pola pengembangan paragraf ... .
a. rincian
b. sebab-akibat
c. analogi
d. perbandingan
e. generalisasi
5. Pada umumnya, buku-buku kumpulan puisi mengalami kesulitan di pasaran. Masyarakat
belum melihat buku puisi menjadi sebuah kebutuhan untuk dinikmati. Banyak orang lebih suka
membeli buku resep ataupun arsitek praktis karena dapat langsung dipetik manfaatnya.
Kumpulan puisi masih dipandang sebagai buku yang tak terlalu bermanfaat. Paling-paling yang
mencarinya adalah anak sekolah. Itu pun karena mendapat tugas dari guru. (sumber: Matabaca, Januari 2006)
Kutipan paragraf di atas termasuk jenis pola pengembangan paragraf ... .
a. rincian
b. sebab-akibat
c. analogi
d. perbandingan
e. generalisasi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar